Damailah, Redhalah

Setelah derai tangis

Yang tak kunjung hilang

Dalam menanti

Dari awal hingga ke detik penentuan

Setiap deru berita

Yang mendatang jengah

Singgah ke telinga

Benar dan palsu

Degup jantung yang seketika

Kencang,

Tenang,

Terhenti,

Dan

Kencang semula

Tak terkeluar bicara

Terkunci rasa

Terkurung suasana

Pilu sedih

Yang tak terbicara.

Semua bernyawa

Sama merasa

Hilang yang sama dicari

Jumpa yang sama digali

Walau ramai yang meragui

Kesamarataan keajaiban

Di penghujung mimpi awal realiti.

 

Menanti keajaiban

Yang telah semakin lama

Semakin malap sinarnya

Pasrahlah

Untuk mereka

Yang masih bersama

Memberi kenangan indah

Membawa pahit pengalaman

Tetap jua akan pergi

Walau duduknya

Hanya sejengkal jauh dari kita.

Percayalah,

Setiap hela nafas yang merintih

Dalam kepasrahan

Merelakan ia

Damai

Di sisi tuhan

Walau basah kesejukan

Jauh di dalam kegelapan

Di sebalik terumbu dan pasir lautan

Ia ditelan

Tanpa sempat mengucapkan

Selamat tinggal

Tetap ia berada

Dalam pelukan

Kasih tuhan

Yang lebih bermanfaat

Dari degup yang ingin dikembalikan.

Pasrahlah,

Kenangan dan pengalaman

Dalam tawa keriangan lepas

Melilitkan kita sama

Dalam rasa sedih hilangnya

Tak mungkin bergantian.

Damailah,

Sesudah kering

Lautan duka ini

Walau tahu tak semudah itu datangnya

Tenang memilu

Kenangan dan pengalaman lepas

Tetap utuh bersepadu

Menanti akan dituruti jua

Suatu masa

Akan diberi sempat

Untuk dipertemu.

Yakinlah,

Kita bersama

Walau berlainan rasa pahitnya

Untuk merelakan

Ia berlalu...

Redhalah,

Dengan ketentuan

Yang Memiliki Segala Upaya dan Kuasa.

 

Yakinlah,

Kita bersama

Walau berlainan akal bicaranya

Untuk merelakan

Ia pergi...

Damailah,

Dengan ketenangan

Yang Memiliki Segala Kasih dan Penyayang.

 

Kampung Sungai Sekamat

Kajang

24 Mac 2014

 

 

Kami Masih Percaya

(Didedikasikan khas kepada seluruh warga yang merasa sama sedih dan sama berusaha)

 

 

Hei kiri!

Hei kanan!

Belakang depan!

Diseru lagak tempur

 Dijolok hingga menggelupur

Mencolok mata memandang

Tak terpancar kata-kata penenang.

Masih ada lagi

Apa yang ingin dikhabarkan ini

Sewajibnya

Dibanting hilang terus

Selayaknya unggas dan mawas jua

Bersama meneman

Hidup mati bersama

Bicaranya lagak keangungan

Isinya padat mabuk kebingungan!

Hei kiri!

Hei kanan!

Belakang depan!

Diseru lagak tempur

 Dijolok mata meneropong

Dipasang bubu tegak kutu

Tak tersanggup bicara pedoman.

 

Ia masih menggagahi

Sekuat tiang tersusuk dalam

Tak tergugat sedikit percaya iman

Walau jelas perbuatan

Melampau dari adanya batasan

Itu pun masih ada lagi

Yang betul percaya

Yang percaya pada kebodohan

Dapat merungkai

Kehilangan

Menggalas tanggungan

Yang terpikul selayaknya

Pada hak dan hakikinya.

  

Hei kiri!

Hei kanan!

Belakang depan!

Diseru lagak tempur

Dibentang sekerat tikar

Menurun ilmu hikayat

Disulam ayat penguat

Masih percaya

Yang di langit boleh didarat

Yang dilaut boleh diangkat

Memintas segala yang hikmat

Mengalahkan kuasa yang Maha Hebat!

 

Masih percaya

Wujudnya perlu berdasar hikayat

Penyelamat walau datang kiamat

Tak sedar sendiri perlu diselamat.

 

 Ada yang tertawa cermat

Ada yang tersengih kelat

Tak dihairan lihat segala gelagat

Kami hanya menanti hentaman menyengat

Dari pembisu pemakan duit rakyat

Bicara yang perlu menghentikan khianat

Bukan membiak atur segala penjahat berniat!

Kasihankanlah

Yang menanti tak tiba

Yang menunggu tak jumpa

Yang menanya tak tahu bicara

Yang melihat pedih merasa

Yang berusaha letih terus berusaha

Harapan yang tidak mahu disia-sia.

 

Hantarkanlah pulang sahaja

Yang menurun dari pagi hingga ke senja

Lagak lembu tak berkepala

Manusia yang tak tahu apa untuk dikata

Duduk letaknya

Iman dan percaya!

 

Kami masih percaya

Walau pedih sama berbicara

Ketentuan yang Maha Kuasa

Kami masih setia

Menanti mendoakan bersama

Kepada yang Maha Esa

Dan sesungguhnya,

Bukan kami tak percaya

Pada letih dan segala usaha

Yang dicurahkan sepenuh daya

Oleh kau yang dilihat bagai si gila ;

- Yang meneropong bubu di atas kepala

 - Yang mengensot payung bersama kelapa

- Yang ditengah membawa bakul bersama

Kami berterima kasih juga

Kerana menghidupkan suasana ceria

Dengan usaha yang tak ternilai untuk dikata-kata!

 

Cepatlah halaukan

Si penyumbang

Yang memalukan

Bukan sahaja negara

 Tetapi

Keluhuran agama!

 

Tasik Damai

Sungai Besi

12 Mac 2014

 

 

Ringankan

Gegar berita berdarah tak tumpah
Gegar berita tangis tak alir;
Dari ceruk yang menjerit
Dari kecewa yang membukit
Dari sunyi yang membingit
Dari elak yang mendikit.

Tak diberitahu disorokkan apa?
Tak dikisah disembunyikan apa?
Tak diakui dighaibkan apa?

Yang berkumpul resah
Yang terkumpul renyah.

Diumpan soal;
Tak disambar
Diasak tanya;
Tak diendah.

Yang melihat jerih sama
Yang merasa pedih tak terkata.

Ringankan beban
Walau tak mahu peduli
Walau tak mahu merasai
Untuk yang merasa
Untuk yang melihat
Untuk yang benar-benar faham erti
Kekusutan ini leraikan bukan disimpul mati.

Kampung Sungai Sekamat
Kajang
09 Mac 2014

Umpama Sakti

Umpama sakti

Kisah dongeng di alam realiti

Melatanya bermula hanya imaginasi

Gembar-bemburnya dahulu cuba disembunyi

Dan kini,

Bermula segala aksi

Yang tak mungkin diterima khalayak kini

Demi kemaslahatan yang abadi

Hingga terlupa bocornya akal mati

Tak selamanya mampu dipagari

Makna hidup yang bukan untuk buta membabi!

Tasik Damai

Sungai Besi

07 Mac 2014

Tujuh Kali!

Bangkit tujuh kali

Jatuhnya delapan kali

Biar melilau mata kami

Berpusing putih tidak sekali

Gugurnya tak sempat berisi

Demi segugus jasa termateri.

Bangkit tujuh kali

Jatuhnya delapan kali

Demi siapa tak dipeduli

Hati yang hitam kotor ini

Behabis upaya cuba disuci

Gagal hanya kerana penakut sembunyi.

Entah kenapa

Mengapa

Sama sahaja

Walau ia

Jatuhnya berkali-kali

Kocak hati yang tak siap menyelami

Serak sedih suara cuba disembunyi

Dari rasa tak mahu dipencil lagi

Permainan pengiblis kecil yang dibeli

Senaknya memusar jauh memusat

Sudut paling tak dirai.

Tujuh kali bangkit

Delapan kali terjerit

(menjerit)

Melunas dendam yang tak sudah

Menyanyuk kusut tak kebah

Walau dirasa

Ingin diduga

Tiada rasa

Tiada masa!

Dipengakhiran kali

(yang belum tentu lagi)

Bangkit dan sungkur

Segala punca menuding sama

Segala cara mematah punca

Segala harap merebut cara.

Adakah kita

Kekal untuk bersama

Terceruk di sudut alpa

Atau

Terceruk merengkok

Demi sama rata

Yang dicabul rela

Yang dimandul mesra!

Tasik Damai

Sungai Besi

07 Mac 2014

Bayang-Bayang

Gambar Hiasan

Melintasi pantas
Tirai-tirai kaca,
Meniti perlahan
Titi-titi luka,
Bekas yang berdarah
Ditimbus garam
Menyambung kisah
Yang lama dikuburkan

Demi kelansungan

Hidup ke masa terhadapan

Yang bakal tersia

Tak terisikan

Makna dan memakmurkan.

 

Kita ini bagaikan

Bayang-bayang

Mengejar punca cahaya

Sebelum kelam

Meratap melomba

Tak tahu mana timur

Timbulnya

Tak tahu mana barat

Tenggelamnya

Berlari tak berhaluan

Berdiri tak berketahuan

Demi sejenak

Merasa hikayat lama

Disenandungkan

Jerit tangisnya kedengaran.

 

Tasik Damai

Sungai Besi

04 Februari 2014