Nuffnang

Penaja

Sabtu, 8 November 2014

Penyundal Bahasa

Gambar Hiasan

Berapa ramai yang ku lihat
Bersilat lidah
Bertikam pena
Menegak kata
Hingga memutus niat murni
Mewangi taman bahasa kini
- Yang lama dengan sikap kantuknya
- Yang baharu dengan sikap dinginnya
Mengutuk sama mengata
Ada kisah berani
Ada kisah berahi
Ada kisah tiada kisah
Ada kisah tiada noktah
Demi melangsungkan seni
Menggadai sama
Nilai maruah bahasa.


Yang tuanya mendewata diri
Tegak bangun
Mundur maju
Di perosak bahasa sesuka bangsa
Sebelah mata pun tidak terdaya
Untuk mengukir kembali
Karya bernyawa bangsa
Yang dicabul bahasa
Yang diperkosa bahasa
Hingga tertanggal segala nilainya
Siapa mampu dipeduli semua?


Yang mudanya memulia sesama
Tegak bangun
Maju mundur
Sama bangga mencabul paksa
Bahasa nadi bangsa
Asal dipuja seisi buana
Karya yang diinjak kebodohan
Bermutu dipandang kawan
Apa ada pada nilainya berharga
Asalkan dapat memenuhi kuota
Isinya tiada masa.


Semakin lama dibiar
Semain lama dipuja
Yang hanyut
Dek kemasyuran lama
Terus sugul meratapi
Kemusnahan bahasa
Yang megah
Dek kegemilangan kini
Terus bangga
Menggoncang pohon bangsa
Hingga tak tersisa buah daunnya
Untuk dirasa selamanya.

Terdengar kini tangisan
Dari pusara Laksamana Hang Tuah
Melihat bangsa yang dipujanya kini
Menjadi sundal di kaki lima ketamadunan dunia!

Kampung Sungai Sekamat
Kajang
07 November 2041


Isnin, 29 September 2014

Tak Mengapa

Gambar Hiasan
Tak mengapa
Walau lontaranku ini
Tak mengocak permukaan
Lesu dan lemah
Riak walau nampak terusik
Langsung tak menggeletar.


Tak mengapa
Walau lontaranku ini
Tenggelam lenyap ke dasar
Seperti yang lainnya
Sepi dan sunyi
Bersama membentuk terumbu
Melindung jua benih di situ.


Tak mengapa
Tatkala lontaranku sepi
Ketika tanah lembut
Merenyuk belulangku nanti
Sayu dan malu
Masih dipercaya
Akan sampai masa
Yang sunyi kini
Menggegar nanti.


Tak mengapa kini
Aku percaya nanti
Pucuk muda yang ku lindungi kini
Akan matang kemudian nanti
Dan dasar yang gelap sunyi
Tempat setiap lontaranku
Dipandang sepi
Yang menelan tenggelam lemah
Membentuk terumbu ilmu lesu
Di dasar tak berpenghuni
Akan dibongkar jua
Bersama yang lainnya
Oleh mereka yang matang nanti.


Dan kini aku mengalah
Tak mengapa
Untuk nanti aku memenangi
Tak mengapa.


Jalan Kenanga, Pudu
23 September 2014



Ahad, 24 Ogos 2014

Katakan

Gambar Hiasan

Katakan :
Yang kau pergi berlari,
Yang aku terus pergi,
Yang kamu tak berganti,
Yang kita jerumus sepi,
Ke mana letak nilai seni?
Ke mana lagi
Letaknya harga diri?

Katakan :
Yang jerit terus perit
Yang diam terus suram
Yang berantak terus berombak
Yang berselisih terus sisih
Ke mana letak nilai takdir?
Ke mana lagi
Letaknya maruah hakiki?

Walau di cuba
Membungkam suara samar
Yang tenggelam dek dendam
Masih lagi kelihatan
Riak-riak sanggah
Tak lepas.

Katakan
Ia dibiar teralir keluar
Tanpa berempang tapis
Mengurang arus amarahnya
Kelak yang termakan
Dakyah kegilaan ini
Terus sugul mengadap ilahi
Sambil mengepal
Rasa kesal.

Hingga ke penghujung cerekanya
Kelak di katakan
"Katakan :
Aku adalah aku
Kamu adalah kamu
Tiada lagi bertaut menjadi satu
Dalam mengejar tempat berbaringan
Paling empuk di hujung waktu!"

Kampung Sungai Sekamat
Kajang
24 Ogos 2014

 

Sabtu, 5 Julai 2014

Bangkit Sekali, Jatuhnya Delapan Kali


Gambar Hiasan

Bangkit sekali
Jatuhnya delapan kali
Lukanya seinci
Pedihnya sedepa pergi
Pedih tak tertahan lagi
Putus asa untuk bankit kembali!

Bangkit sekali
Jatuhnya delapan kali
Perit tak terperi
Ingin sahaja dihabisi
Sabarlah kata hati
Tuhan hanya menguji
Pasti!
Kita mampu mendepani.

Bangkit sekali
Jatuhnya delapan kali
Baru sedar mengapa begini
Ada rakan sembunyi diri
Niat menyingkir aku kini
Demi nafsunya sendiri
Menyembelih aku tanda membalas budi.

Bangkit sekali
Jatuhnya delapan kali
Aku akan kembali berdiri
Demi anak dan isteri
Ku gagahkan sanubari
Ku goncangkan kehendak diri
Yang aku mampu untuk berdikari!

Bangkit sekali
Jatuhnya delapan kali
Aku rindukan kecewa ini
Makin aku bangkit diri
Makin aku jatuh lagi
Sehingga aku kenal erti
Untuk menghargai.

Bangkit sekali
Jatuhnya delapan kali
Dan sekarang kau perit sendiri
Baru tahu kemampuan tak seberapa ini
Akan tiba waktu untuk kami
Mencecah jari
Melumatkan mu terus ke bumi!

Kampung Sungai Sekamat
Kajang
05 Julai 2014



Selasa, 24 Jun 2014

Manusia Kini

Gambar Hiasan

Berdiri manusia kini
Pada tika ini,
Maju pada erti
Mundur pada diri
Ingin lihat bukti?
Lihat sahaja kesan tapak kaki
Compang berdarah kanan dan kiri
Yang lama berdiri
Telah lama jua tersembam ke bumi
Tiada terpasak hingga kini
Kerana manusia ini
Pasti,
Sangat pasti!
Dijahanamkan oleh angan sendiri!

Kampung Sungai Sekamat
Kajang
22 Jun 2014




Nuffnang

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

AddThis