Nuffnang

Penaja

Khamis, 13 Jun 2013

Ayah (didedikasikan untuk Ayahku)

Aku masih teringat
Di waktu kecil bersekolah,
Tiap subuh
Emak tidak pernah jemu
Mengejut aku
(kerna aku cukup payah bangun pagi)
Gemersik suara emak
Mengejutkan
Bisa membuat
Lamunan aku
Berpanjangan.

Tapi,
Aku bingkas bangun
Segar dan terkejut
Dek sergahan suara ayah
Yang keras,
Cepat bangun!
Dah lewat!
Bentak ayah keras
Mengarah
Ah!
Aku benci ayah!

Tiap hari aku lalui
Ayah ketat mengatur
Bersalahan
Walau kecil
Bentak ayah
Menyinggah telinga
Tenungan mata ayah
Yang garang dan bengis
Menikam kejam
Bisa membuat
Tangis...
Ah!
Aku benci ayah!

Sekarang,
Aku menigkat remaja
Tidak lagi sekecil dahulu
Mudah diarah
Mudah dimarah
Mudah dibentak
Aku sudah pandai memberontak!
Ah!
Aku memang benci ayah!

Dan kini,
Aku menginjak dewasa
Mula faham
Kenal akan kehidupan
Aku lihat wajah tua ayah;
Tidak perlu mengira
Uban bertaburan
Tidak perlu mencari
Gigi yang kehilangan
Tidak perlu mengganti
Mata yang kaburan
Tidak perlu dilihat
Kulit yang kekenduran
Penyakit bersahabatan
Lain sekali renungan
Mata ayah
Kesayuan...
Tangan kasar yang dulu
Pernah singgah
Di pipi kananku
Kini lemah
Dilingkari urat kental
Bukti kehidupan yang dilalui
Untuk kami,
Anak ayah.

Tiap malam
Aku berpura
Tidur di perbaringan,
Terlihat ayah
Berulang kali
Keluar biliknya
Ke tandas berhajat
Ke ruang tamu munajat
Menatap wajah kami
Seorang ke seorang
Tidakkan disambung lenanya
Jika kami berkurangan
Akan setia dinanti
Anak kunci menyusul ke ruangan
Tiada amarah ditunjukkan
Cuma berpesan
Agar lekas lelap
Supaya tidak kesiangan.

Siapa lelaki ini?
Aku tidak kenali!
Ke mana pergi
Lelaki yang aku benci?!!

.... ayah telah meninggalkan dunia.

Tersentap,
Terkelu,
Terkaku,
Kenapa?

Terlihat aku
Mayat yang kekejangan,
Kafan yang membaluti,
Kemenyan yang menusuk,
Tangis yang bersahut,
Keranda yang diketuk,
Yasin dibacakan,
Talkin ingin dimulakan,
Berlinang air mata.
Melihat ayah di dalam lahad
Ditimbus!

Ayah!!

Sudah berapa lama tidak aku
Mengukir senyum dibibir ayah?
Sudah berapa lama tidak aku
Mengucupi tangan ayah?
Sudah berapa lama tidak aku
Memohon ampun pada ayah?

Ayah!!

Jangan pergi!
Jangan kaku begini!
Jangan bisu begini!
Jangan pergi begini!

Tersentak!
Aku buka kelopak mata
Ayah!
Astaga!
Hanya bermimpi
Kata ayah.

Subuh itu,
Aku lihat ayah
Keluar lagi
Seperti hari yang berlalu
Mencari rezeki
Walau usianya memagari
Walau kudratnya menyuliti
Ayah tahu
Dia tidak
Semuda dulu lagi
Tetap cekal melangkah
Mencari...
Untuk siapa?
Kami...
Demi siapa?
Kami...
Baru sekarang aku mengerti
Ayah...
Betapa aku sayangkan ayah.

Kampung Melayu Subang
13 Jun 2013

Tiada ulasan:

Nuffnang

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

AddThis