(Untuk Bapakku, Pak Samad Said
Lontaran jiwa sukma dari puisimu
"Hidup Bersama")
Bergetar
Jiwa ini.
Bergoncang
Tulang ini.
Tatkala getus
Suara tua itu
Dilontarkan
Masih lagi
Menyaksikan
Kita
Tak mampu
"Hidup Bersama"
Sedang telah
Diberi ingat
Untuk
"Menyanggah musuh
Menambah kawan
Tanpa jenuh khuatir
Juga tanpa rawan"
Menambah kawan
Tanpa jenuh khuatir
Juga tanpa rawan"
Maafkan kami
Bapak,
Suara tuamu
Walau menggegar
Dalam kocak
Meruntun akal
Untuk berkerja keras
Mematri janji
Diajar untuk
"Berjiwa besar dan berbakti"
"Berkerja dan berikrar"
"Hidup Bersama"
Masih lagi tak
Tergapai.
Bapak,
Suara tuamu
Walau menggegar
Dalam kocak
Meruntun akal
Untuk berkerja keras
Mematri janji
Diajar untuk
"Berjiwa besar dan berbakti"
"Berkerja dan berikrar"
"Hidup Bersama"
Masih lagi tak
Tergapai.
"Tanah air
Memberi banyak
Mesra mendakap kita
Kemerdekaan mendorong kita
Berdiri dan berbakti
Dan kita sudah sampai
Di lereng indah
Pasti tetap mendaki juga"
Dan di sini
Kami malu.
Walau telah dipimpin
Kemas tatkala
Juang langkah
Mendaki
Di lereng indah
"Demi tanah air dan bangsa"
Kami masih termanggu
Menunggu
Entah kapannya
Tiba
Jerih hilang
Dari sendu
Khayal hilang
Dari bertamu
Tekad walau dipadu
Tak banyak membantu.
Dan kita sudah sampai
Di lereng indah
Pasti tetap mendaki juga"
Dan di sini
Kami malu.
Walau telah dipimpin
Kemas tatkala
Juang langkah
Mendaki
Di lereng indah
"Demi tanah air dan bangsa"
Kami masih termanggu
Menunggu
Entah kapannya
Tiba
Jerih hilang
Dari sendu
Khayal hilang
Dari bertamu
Tekad walau dipadu
Tak banyak membantu.
Wahai bapak,
Kami telah datang
"Tangkas dan berilmu"
Namun,
Rompong-rompong
Kecil
Tak terbela
Suatu masa dahulu
Masih digugah
Rasa kecewa
Menghentam
Tanpa ragu
Hingga
Mematikan wibawa
Langkah-langkah kecil
Menongkah
Menongkah
Menyelongkar
Dan
Dan
Membenam kami
Sebelum memula
Kembali
Usaha.
Tatkala ini
Kami tahu
Telah
Hilangnya rasa
"Syahdu dan bangga"
Sebelum
Sempat kalian
"Di dalam sejarah."
Maafkan kami
Bapak,
"Lapis pelangi lebih mesra"
Diharapkan
Tak memungkin
Untuk
Cita-cita bangga
Merdeka
Walau telah
Dilapis wajah diri
Dan
Peribadi kalian
Ditunjangi
Selamanya
Kerana
Kami masih belum
Bersedia
Untuk mengerti dan memahami
Untuk
"Hidup Bersama"
Segala usaha
Segala harapan
Tersia belaka.
Mengapa?
Dalam detik masa
Yang berlalu,
Kita masih tak termampu
Untuk merangkul
erat
Makna berpadu ini?
Setiap yang bernyawa pasti
Punya beda pendapat
Dalam khayal telingkah
Pasti ada
Titik sama bertemu jua (?)
Titik sama bertemu jua (?)
Detik ini
Detik jati,
Detik jati,
Penentu sendiri,
Gagal sedayanya,
Ampuh hidup
Tak akan mungkin
Dihadam penuhTak akan mungkin
Hemat rasa.
Oleh demikian
Bapak,
Pimpinlah kami
Kembali
Sedarkan kami
Kembali
Tentang
"Bangga kerana merdeka"
"Megah kerana bahagia"
Kampung Melayu Subang
Shah Alam
23 Oktober 2013